Gunung Kerinci, gunung berapi tertinggi di pulau Sumatra

 Gunung Kerinci merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera sekaligus gunung berapi tertinggi. Gunung Kerinci [Gunung Kerinci] adalah gunung tertinggi di pulau Sumatera dan gunung berapi tertinggi di Indonesia serta Asia Tenggara. Terletak di perbatasan Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, di Pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut. Gunung ini juga menjadi batas antara Suku Kerinci dan Etnis Minangkabau yang dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan habitat harimau sumatera dan badak sumatera.




sumber: wikipedia.org


Gunung Kerinci merupakan gunung stratovolcano yang masih aktif hingga saat ini. Dari puncak Gunung Kerinci terlihat indahnya pemandangan Kota Jambi, Kota Padang, dan Kota Bengkulu dari kejauhan, bahkan Samudera Hindia yang luas pun terlihat jelas. Gunung Kerinci mempunyai kawah berukuran 400 x 120 meter dan berisi air berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat Rawa Bento, rawa air jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang nyaris tak terjamah.

Gunung Kerinci adalah tujuan populer bagi para pendaki dan pecinta alam karena jalurnya yang menantang namun bermanfaat serta pemandangannya yang menakjubkan. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat di sekitarnya menawarkan beragam flora dan fauna, menjadikannya surga bagi para pecinta satwa liar. Kehadiran satwa langka seperti harimau sumatera dan badak menambah daya pikat gunung megah ini. Apakah Anda seorang pendaki berpengalaman atau pendaki biasa, Gunung Kerinci menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi semua yang mencari petualangan di jantung Pulau Sumatera.

Gunung Kerinci berbentuk kerucut dengan lebar 13 km (8 mil) dan panjang 25 km (16 mil), membentang dari utara ke selatan. Di puncaknya di sisi timur laut, terdapat kawah sedalam 600 meter (1.969 kaki) yang berisi air berwarna hijau. Hingga saat ini kawah berukuran 400 x 120 meter ini masih tergolong aktif. Gunung Kerinci terakhir kali meletus pada 11 Januari 2023, dan sejak itu menurut pengamatan Pos Pengamatan Gunung Kerinci, kolom abu mencapai kurang lebih ± 750 meter di atas puncak (± 4.555 meter di atas permukaan laut).

Gunung Kerinci merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS merupakan kawasan konservasi seluas 1.484.650 hektar dan terletak di empat provinsi, dengan mayoritas berada di wilayah Jambi. TNKS sendiri merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari utara hingga selatan di Pulau Sumatera. TNKS juga ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia, The Tropical Rainforest Heritage Of Sumatra (TRHS), pada tahun 2006.

Tanaman dataran rendah terutama didominasi oleh beberapa jenis mahoni, antara lain tanaman raksasa Rafflesia Arnoldi dan Amorphophallus Titanum. Pohon pinus juga banyak tumbuh di Gunung Kerinci. Akibat keberadaan Danau Toba dan Ngarai Sianok, kawasan Taman Nasional Leuser terhambat. Alhasil, beberapa satwa yang tidak terdapat di Taman Leuser dapat ditemukan di sini, seperti tapir (Tapirus indicus) dan kuskus (Tarsius bancanus).

Sumatera adalah rumah bagi banyak hewan unik, termasuk gajah, badak sumatera, harimau, beruang madu, dan macan tutul, kecuali orangutan. Berbagai primata seperti siamang, owa, monyet ekor panjang, dan Presbytis melapophos juga bisa ditemukan di sini. Selain itu, ada 140 jenis burung.

Di sekitar Gunung Kerinci setidaknya terdapat lima belas danau, yang terbesar adalah Danau Kerinci, disusul Danau Gunung Tujuh. Danau Kerinci, seluas 4.200 hektar, terletak di ketinggian 650 meter (2.130 kaki), dan merupakan rumah bagi Festival Danau Kerinci. Danau Gunung Tujuh adalah danau kaldera yang terbentuk di gunung berapi yang sudah punah, dikelilingi oleh tujuh puncak.

Danau Gunung Tujuh merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara, dengan ketinggian 1.996 meter (6.549 kaki). Keindahan tenang danau-danau yang terletak di tengah lanskap Gunung Kerinci yang indah ini menarik perhatian pecinta alam dan pencari petualangan. Perairan Danau Kerinci yang jernih dan formasi Danau Gunung Tujuh yang unik menjadikannya destinasi populer bagi wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut.

Menjelajahi danau-danau di sekitar Gunung Kerinci menawarkan sekilas keajaiban alam Indonesia. Mulai dari rimbunnya tanaman hijau di sekitar Danau Kerinci hingga pemandangan indah dari puncak dekat Danau Gunung Tujuh, masing-masing danau memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Baik Anda seorang pejalan kaki, fotografer, atau sekadar seseorang yang mengapresiasi keindahan alam, kunjungan ke danau-danau ini pasti akan membuat Anda terkagum-kagum dengan pemandangan menakjubkan yang ditawarkannya.


Pendakian

Gunung Kerinci dapat dicapai melalui jalur darat dari Kota Jambi menuju Sungai Penuh melalui Bangko, atau melalui jalur udara dari Bandara Sultan Thaha menuju Bandara Depati Parbo di Kabupaten Kerinci, Jambi. Bisa juga diakses dari Padang, Lubuklinggau, dan Bengkulu. Dengan pesawat, Anda bisa mendarat di Jambi atau Padang.

Keindahan alam dengan kekayaan flora dan faunanya dapat ditemui mulai dari dataran rendah hingga puncak Gunung Kerinci. Tidak hanya bagus untuk kesenangan, tetapi juga untuk penelitian dan pendidikan. Pendakian menuju puncak Gunung Kerinci memakan waktu dua hari dua malam atau dua hari satu malam, dimulai dari Jalur Pendakian Kersik Tuo di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Desa Kersik Tuo terletak di ketinggian 1.400 mdpl dengan jumlah penduduknya terdiri dari pekerja perkebunan keturunan Jawa, sehingga bahasa daerahnya adalah bahasa Jawa. Dari Kersik Tuo, pendaki menuju Pos Jaga TNKS atau R10 di ketinggian 1.611 meter di atas permukaan laut dengan berjalan kaki sekitar 45 menit melewati perkebunan teh.

Pondok R10 merupakan pondok penjaga kantor TNKS untuk memantau setiap pengunjung yang akan mendaki Gunung Kerinci. Dari R10, pendaki menuju Pintu Rimba di ketinggian 1.682 meter di atas permukaan laut. Jarak yang ditempuh sekitar 2 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Medannya terdiri dari perkebunan atau ladang penduduk desa, dengan jalan beraspal menuju ke batas hutan.

Pintu Rimba merupakan pintu gerbang awal pendakian yang terletak di dalam batas hutan antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuknya. Pintu Rimba terletak di ketinggian 1.682 meter di atas permukaan laut. Di sini terdapat lokasi shelter dan juga sumber air sekitar 200 meter ke arah kiri. Jarak menuju Bangku Panjang kurang lebih 2 km atau 30 menit berjalan kaki, dengan jalur agak landai memasuki kawasan hutan heterogen.

Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Pesanggrahan atau Pos 1 yang berada di ketinggian 1.735 mdpl, dimana terdapat dua shelter yang dapat digunakan untuk beristirahat. Medan di Pesanggrahan masih landai, dengan jarak tempuh 2 km dan waktu tempuh sekitar 45 menit melintasi kawasan hutan. Pendaki bisa beristirahat di Pos 2 Bangku Panjang yang berada di ketinggian 1.782 meter di atas permukaan laut, namun di sini tidak ada shelter. Ada sungai yang terkadang mengering saat musim kemarau.

Untuk mencapai Pesanggrahan 2 atau Pos 3 yang berjarak kurang lebih 2 km dari Bangku Panjang, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Jalur ini memasuki kawasan hutan lebat dan terjal dengan kemiringan berkisar antara 45 hingga 60 derajat.

Pos 3 atau Pesanggrahan 2 terletak di ketinggian 1.982 meter di atas permukaan laut dan terdapat sebuah gubuk yang bisa digunakan untuk beristirahat. Untuk mencapai Shelter 1 jarak yang harus ditempuh sekitar 3 km dengan waktu tempuh 2 jam. Di sepanjang jalur ini terkadang ditemui medan terjal dengan kemiringan hingga 45 derajat, namun ada juga yang datar.

Terdapat sebuah gubuk tua di Shelter 1 yang terletak di ketinggian 2.505 meter di atas permukaan laut. Di sini, pendaki bisa beristirahat dan mendirikan tenda. Mendirikan tenda wajib dilakukan di Shelter 1 – Shelter 3 (area camping). Untuk mencapai Shelter 2 dari Shelter 1 jarak yang harus ditempuh adalah 2 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Di sepanjang jalur ini banyak dijumpai tanaman pakis yang kondisi hutannya agak terbuka. Shelter 2 memiliki ketinggian 3.056 meter diatas permukaan laut.