Keliling Wisata Tegal, Magelang dan Jogyakarta Lewat Jalan Tol Cipali

Eksploring  Wisata Tegal Magelang dan Jogyakarta Lewat Tol Cipali



Tiga tahun lalu kami menghabiskan liburan tengah semester anak-anak saya yang masih bersekolah di sekolah menengah pertama. Dari rumah berangkat jam lima pagi untuk menghindari kemacetan Jakarta menuju kawasan wisata di Tegal, Jawa Tengah.


Wisata Guci, Pemandian Air Panas di Tegal

Jalan menuju kawasan wisata Guci cukup melelahkan, setalah keluar tol melalui jalanan pedesaan lalu ke arah yang berbukit-bukit dan akhirnya sampailah kami di Guci, kawasan wisata pemandian air panas. Jarak tempuh dari Jakarta ke Guci, Tegal kisaran 5 jam 25 menit (334,6 km) lewat Jl. Tol Cikopo - Palimanan.



 Objek wisata Guci dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Jarak antara Wisata Guci Tegal dan alun-alun Kabupaten Tegal adalah sekitar 43 kilometer, dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 1 jam 39 menit. Setelah tujuh jam perjalanan sampailah kami di kawasan Pemandian Air Panas Guci. Karena kami menginap di penginapan Guci, setelah beristirahat sejenak di kamar yang sudah kami pesan, kami mengantarkan anak-anak untuk bermandi di air panas hingga menjelang azan Magrib.

Untuk informasi hotel murah di Tegal anda bisa cari di sini, agar tidak kemalaman selama di Tegal, atau anda ingin beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.

Harga tiket masuk Wisata Guci Tegal bervariasi tergantung pada tempat wisata yang akan dikunjungi oleh pengunjung. Di dalam objek wisata Guci terdapat banyak spot wisata yang menarik.

Tiket masuk pemandian air panas Guci harga sebesar Rp. 40.000 per orang.
Tiket masuk Pancuran 13 memiliki harga sebesar Rp. 4.000 per orang.
Tiket masuk Baron Hill memiliki harga sebesar Rp. 15.000 per orang.
Tiket naik jembatan kaca memiliki harga sebesar Rp. 10.000 per orang.

Jam buka tempat wisata di Guci berbeda-beda. Pada umumnya, tempat wisata buka mulai pukul 08.00 hingga 17.00, kecuali area camping dan kawasan penginapan.

Wisata Guci Tegal biasanya buka setiap hari selama satu minggu dalam kondisi normal.



Malamnya kami mencari tempat makan yang dekat dengan kawasan air panas Guci. Ada banyak rumah makan dekat kawasan pemandian air panas Guci seperti;

Ayam Gepuk Top Markotop
Jl. Raya Baturaden No.174 Dusun II Karangmangu
15,9 km dari Pemandian Air Panas Guci


Rumah Makan Taman Watujajar
Jl. Raya Bojong Taswan, Bojong
6,3 km dari Pemandian Air Panas Guci


Guma Landscape Cafe & Villa
Q79j+4j7, Gerdu, Serang, Kec. Karangreja, Kabupate Desa Wisata Serang
13,4 km dari Pemandian Air Panas Guci

Selesai makan malam, kembali ke penginapan. Udara sangat dingin mencapai 5 derajat selsius. Kami sangat kedinginan walaupun sudah memakai jaket. Hampir tidak bisa tidur sampai pagi, walaupun akhirnya kami mendengkur juga karena terlalu lelah perjalanan pagi ini.



Dari  Guci Tegal Menuju Magelang, ke kawasan  wisata candi Borobudur

Setelah sarapan pagi, kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan Wisata candi Borobudur di Magelang melalui jalanan pedesaan yang berbukit-bukit. Perjalanan ditempuh dalam waktu 5 jam 4 menit (180,5 km) lewat Jl. Campur Salam.




Setibanya di candi Borobudur kami sempatkan makan siang, baru kemudia mengeksplorasi kawasan candi Borobudur.  Jika anda membutuhkan informasi hotel murah di Magelang dekat candi Borobudur silahkan di sini cari hotel murah di Borobudur Magelang



Sekilas tentang Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak sekitar 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, serta salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.


Candi ini terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar dengan tiga pelataran melingkar di atasnya. Pada dindingnya terdapat 2.672 panel relief dan terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar terletak di tengah dan dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra Dharmachakra mudra.


Candi ini dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha dan juga sebagai tempat ziarah untuk membantu umat manusia beralih dari kehidupan duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah memasuki candi dari sisi timur dan melakukan ritual dengan berjalan mengelilingi bangunan suci ini searah jarum jam, sambil naik ke tingkatan berikutnya melalui tiga ranah dalam kosmologi Buddha. Ranah-ranah tersebut adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Selama perjalanan, para peziarah melalui lorong dan tangga yang dihiasi dengan 1.460 panel relief yang indah pada dinding dan pagar langkan.





Dari  Borobudur menuju  Malioboro, Jogyakarta

Sore hari selesai mengeksplorasi kawasan wisata candi Borobudur, kami melanjutkan perjalanan menuju Jogyakarta. Dengan jarak tempuh 1 jam 11 mnt (39,0 km) lewat Jl. Magelang - Yogyakarta.




Setiba di Yogyakarta, kami langsung ke penginapan dan beristirahat sejenak. Jika anda ingin mencari informasi hotel murah di Malioboro Yogyakarta silahkan cari hotel murah di Yogyakarta di sini.

Menjelang malam selepas magrib kami mencari tempat makan di kawasan jalan Malioboro. Banyak sekali pengunjung di jalan Malioboro, ada yang belanja oleh-oleh, ada yang makan di street food Lesehan, dan ada juga yang hanya sekedar jalan-jalan di malam hari. Setelah makan malam kami jalan-jalan sebentar melihat ada pengamen membawa angklung dan beberaa gitar menyanyikan lagu-lagu yang sedang populer di Indonesia, sebagian pengunjung ikut berjoget. Setelah itu kembali ke penginapan yang tak jauh dari jalan Malioboro, dan beristirahat.

Penampakan jalan Malioboro di malam hari;




Mengunjungi Kawasan Wisata Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Pagi harinya kami mengunjungi kraton Yogyakarta, tempat singgasana Sri Sultan Hamengku Buwono.Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta adalah istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang terletak di Kota Yogyakarta. Istana ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I pada tahun 1755 sebagai Istana/Keraton Yogyakarta yang baru berdiri setelah perpecahan Mataram Islam dengan adanya Perjanjian Giyanti. Keraton ini merupakan pecahan dari Keraton Surakarta Hadiningrat dari Mataram Islam Surakarta (Kerajaan Surakarta). Sehingga dinasti Mataram dilanjutkan oleh dua Kerajaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Luas keseluruhan wilayah Keraton Yogyakarta mencapai 144 hektar, termasuk area di dalam benteng Baluwarti, alun-alun Lor, alun-alun Kidul, gapura Gladak, dan kompleks Masjid Gedhe Yogyakarta. Sedangkan luas dari kedhaton (inti keraton) mencapai 13 hektar.


Meskipun Kesultanan Yogyakarta secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia sejak tahun 1945, kompleks bangunan keraton ini masih digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini juga menjadi salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton berfungsi sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dalam hal arsitektur, keraton ini merupakan contoh terbaik dari arsitektur istana Jawa, dengan balairung mewah, lapangan yang luas, dan paviliun-paviliun yang indah.

Setelah puas mengekspolarisi wisata kraton, kami mengunjungi kawasan wisata  Taman Sari, juga memiliki kaitan sejarah panjang dengan kesultanan Yogyakarta.
   


Taman Sari Yogyakarta 
Taman Sari Keraton Yogyakarta merupakan bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Taman ini dapat dibandingkan dengan Taman Sari Surakarta dan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Pembangunan taman ini dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan 57 bangunan seperti gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, dan danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Taman ini digunakan secara efektif antara tahun 1765-1812 dan membentang dari barat daya kompleks Kedhaton hingga tenggara kompleks Magangan. Namun, saat ini yang tersisa dari Taman Sari hanya terletak di barat daya kompleks Kedhaton.

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Tumenggung Mangundipuro ditunjuk sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, beserta rakyatnya. Sebagai imbalannya, daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Pangeran Notokusumo mengambil alih pimpinan proyek setelah Mangundipuro mengundurkan diri. 




Setelah puas eksploarasi Taman Sari Yogyakarta, kami bersiap-siap kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang kami banyak istirahat hampir tiap 2 jam sekali, karena lelah setelah melakukan kunjungan wisata ke beberapa tempat di Yogyakarta.