Camping di Cibodas, dan Treking Gunung Gede Pangrango


Camping di Cibodas, dan Treking ke Gunung Gede Pangrango


Walaupun usia saya memasuki lima puluhan tetapi masih suka dengan traveling, kali ini saya akan camping di Cibodas selama semalam. Perjalanan menuju Cibodas, Cianjur membutuhkan waktu sekitar dua jam. Tiba di Cibodas sekitar jam enam sore, langit mulai gelap. Kami langsung memasang tenda di Camping Ground Cibodas.

Malam mulai dingin merasuki  pori-pori, angin bertiup kencang. Semoga saja tidak hujan. Tenda sudah . selesai dipasang, perut sudah mulai lapar.  Kami keluarkan bahan makanan yang tadi dibeli di jalan seperti; Sosis, mie instan, dan chicken nuget. Juga kami seting kompor gas portabel, dan api menyala. Pertama kami masak mie instant terlebih dahulu, dan menantapnya dengan lahap. Setelah itu perlahan sambil menikmati semilirnya angin kami mulai menggoireng dengan sedikit menggoreng sosis dan chicken nuget dengan sedikit minyak goreng. Dan menghabiskan satu persatu yang sudah matang. Tidak lupa kami emmasak kopi karena terasa penat, minum kopi sertina bisa menyegarkan kepenatan.

Di camping ground Cibodas, kami tidak sendiri, Banyak berdiri tenda-tenda saat kami tiba. Ada yang datang dari berbagai penjuru dari Jabodetabek dan Jawa Barat. Bahkan ada yang dari jauh juga. Tidak terasa kopi habis dan makanan pun tidak tersisa. Mata mulai mengantuk. Akhirnya kami tidur, karena pagi jam tujuh kami akan memulai treking ke Gunung Gede Pangrango.

Ya, saya ingin menaklukan gunung Gede Pangrango di usia yang tak muda lagi. Akhirnya subuh kami terbangun karena kedinginan, lalu menyalakan kompor gas dan memasak air untuk membuat kopi panas. Untuk sarapan pagi kami masih ada  roti tawar yang di isi mentega, seres, dan keju. 

Selesai sarapan pagi, kami mulai berkemas dan membongkar tenda untuk memulai pendakian. Tidak lupa kami periksa bahan makanan yang masih ada di dalam tas ransel. Ternyata masih banyak yang belum dibuka, untuk persiapan pendakian hingga kembali ke bawah. Jam tujuh pagi kami mulai jalan, sekitar lima ratus meter kami sampai di pos penjagaan menuju jalur pendakian. Ternyata banyak sekali pagi itu yang akan mendaki di gunung Gede pangrango, di sekeliling Pos Penjagaan lebih dari seratusan orang. Entah yang sduah mulai jalan dari subuh.

Setalah membayar retribusi di Pos Penjagaan, dan dilakukan pendataan sesuai dengan prosedur pendakian. Kami mulai berjalan perlahan. Tidak terasa hampir 15 menit perjalanan dengan jalan bebatuan basah dan agak menanjak sedikit demi sedikit. Nafasku mulai terengah-engah, saya tidak tahu berapa jam lagi kami akan sampai di pUncak Pangrango. Karena nafasku sudah tidak kuat, kaki mulai pegal-pegal, maka setiap 11 menit sekali saya beristirahat sambil minum air mineral yang kami bawa. 

Pos penjagaan 2 sudah kami lewati, dan akhirnya ada jalan persimpangan antara naik terus ke Gunung Gede Pangrango dan ke air terjun Cibodas namanya Air Terjun Cibeureum. Air terjun Cibodas yang pertama adalah Curug/ Air Terjun Cibeureum. Air terjun ini terletak di kawasan hutan Gunung Gede Pangrango. Di antara semua air terjun di Cibodas, Curug Cibeureum adalah yang terbesar. Untuk mencapai air terjun ini, kita harus menempuh jarak sekitar 2,8 Km dari pos tiket. Meskipun jaraknya cukup jauh dan tidak bisa diakses dengan kendaraan, baik roda empat maupun roda dua, namun keindahannya sebanding dengan usaha yang harus kita lakukan. Bahkan, Anda akan terpesona dan enggan untuk segera pulang dari lokasi tersebut.

Sambil menahan nafas yang sudah mulao tidak beraturan, dan degup jantung semakin kencang akhirnya di bebatuan dekat air terjun saya terlentang, Tidak kuat lagi berjalan. Hampir  tiga puluh menit saya beristirahat di bebatuan dekat air terjun, rasanya sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan. Sambil emnikmati idnahnya panorama air terjun Cibeureum, saya mulai lapar dan melihat ada warung tak jauh dari tempat saya beristirahat. 

Selesai makan, saya sudah mulai berpikir untuk tidak melanjutkan pendakian karena nafas sudah tidak kuat. Kaki sduah terasa bergetar, jantung berdegup kencang. Rasanya jika dipaksakan mendaki yang masih jauhb dan tinggi dengan jalanan berbatuan. Saya tidak akan sanggup. Kuatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. AKhirnya saya memutuskan untuk turun, dan tidak melanjutkan pendakian. 

Walaupun begitu, jalanan menuju kembali ke Pos Penjagaan juga tidak mudah, di jalanan kami mulai sering dan banyak berpapasan dengan para pendaki atau sekedar yang mau berkunjung ke air terjun Cibereum. Dengan susah payah satu jam kemudian kami sampai di Pos Penjagaan pertama yang tadi kami melakukan registrasi pendakian.

 ALhamdulillah selamat !

Jika anda membutuhkan penginapan murah di Cibodas Cianjur silahkan cari hotel murah di Cibodas Cianjur di sini.


Keterangan;

Letak dan Kondisi Fisik
Letak dan kondisi fisik Gunung Gede-Pangrango dapat dilihat dari Sindanglaya pada tahun 1928. Peta topografi menunjukkan puncak Gede (kanan) dan Pangrango (kiri atas, salah disebut Mandala Wangi) menurut Junghuhn pada tahun 1855. Kawah Gede juga dilukis oleh Junghuhn pada tahun 1856. Flora di kawasan ini termasuk daun jamuju Dacrycarpus imbricatus, bunga cantigi gunung Vaccinium varingifolium, dan bunga edelweis jawa Anaphalis javanica. Flora kawah Gede juga mencakup paku Selliguea feei dan edelweis jawa. Secara administratif, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak di wilayah 3 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Topografi taman nasional ini terdiri dari dua puncak kembar, yaitu puncak Gede (2.958 m dpl) dan puncak Pangrango (3.019 m dpl). Kedua puncak ini terhubung oleh gigir gunung yang mirip dengan sadel pada ketinggian sekitar 2.400 m dpl, yang dikenal sebagai daerah Kandang Badak. Gunung Pangrango yang lebih tinggi memiliki puncak yang relatif mulus, menandakan bahwa gunung ini masih relatif muda. Sementara itu, Gunung Gede lebih rendah namun lebih aktif, dengan empat kawah aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Lanang, dan Kawah Baru.

Titik tertinggi Gunung Gede terletak di atas tebing atau gigir kawah yang baru, namun gigir ini telah terhancurkan oleh letusan volkanik berulang kali. Gigir yang lebih tua adalah punggung gunung yang dikenal sebagai Gunung Gumuruh (2.929 m dpl). Kawah-kawah dan puncak Gunung Gede saat ini terletak di bekas kawah Gunung Gumuruh yang telah punah.


Flora dan Fauna

.Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkenal dengan keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Di wilayah ini, terdapat lebih dari 870 spesies tumbuhan berbunga dan 150 spesies paku-pakuan. Selain itu, terdapat juga sekitar 200 spesies anggrek di seluruh taman nasional ini.

Dari 68 spesies tumbuhan pegunungan yang langka dan hanya ditemukan di satu gunung di Jawa, 9 di antaranya hanya ada di Gunung Gede, dan 6 dari 9 spesies tersebut merupakan endemik Jawa.

Salah satu tumbuhan yang populer di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam adalah edelweis jawa (Anaphalis javanica), yang tumbuh melimpah di Alun-alun Suryakancana. Namun, ada juga kerabat dekatnya yang lebih jarang ditemui, yaitu Anaphalis maxima, yang hanya ditemukan di Gunung Pangrango dekat Kandang Badak.

Selain itu, terdapat juga beberapa jenis tumbuhan endemik lainnya di kawasan ini, seperti uwi Dioscorea madiunensis, jernang Daemonorops rubra, pinang hijau Pinanga javana, dan kapulaga Amomum pseudofoetens.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga memiliki kekayaan fauna yang tinggi, terutama di zona hutan pegunungan bawah. Beberapa jenis hewan yang langka, endemik, atau terancam punah di antaranya adalah owa jawa, lutung surili, anjing ajag, macan tutul, biul slentek, celurut gunung, kelelawar, bajing terbang, dan tikus.